DUTAMEDAN.COM – Hanya karena salah mengucapkan asam folat sebagai asam sulfat, Gibran Rakabuming Raka lagi-lagi dipojokkan. Hal ini semakin gencar dicari sebagai alasan untuk menyerang titik lemah dirinya selaku cawapres Koalisi Indonesia Maju.
Kita tak bisa menilai atau mengukur, di negeri ini, entah berapa kali seseorang salah ucap setiap harinya. Tetapi sejak itu dilakukan oleh seorang Gibran, pasti akan lebih sering dijadikan obyek bullying atau sindiran. Bahkan di dalam rumah tangga kita, setiap hari ada-ada saja salah ucap itu, dalam pembicaraan. Kesalahan seperti itu wajar-wajar saja karena pikiran dan bibir tidak seirama. Memaksudkan sesuatu tetapi berujar tentang sesuatu yang lain. Bukan dalam makna tentunya, melainkan hanya karena ucapan di bibir yang berbeda.
Dalam istilah politik, kesalahan ucap ini disebut dengan the slip of the tongue. Dalam Cambridge Dictionary hal itu disebut sebagai “something that you say by accident when you intended to say something else”. Sesuatu yang dikatakan sebagai keliru menyebut sesuatu ketika sebenarnya berniat untuk menyebut hal yang lain. Jadi salah ucap itu tidak melanggar niat si pengucap untuk memaksudkan sesuatu yang benar, tetapi di bibirnya mengucap istilah yang berbeda. Begitu sebenarnya.
Meskipun begitu, Gibran tetap seorang yang baik. Sebab dalam tindak-tanduk dia ketika memimpin pemerintahan di Kota Solo, termasuk orang yang mengerti banyak persoalan. Memang figur Gibran tidak banyak ngomong. Filosofi pemerintahannya adalah bekerja dan membuktikan, seperti yang dianut oleh rezim pemerintahan ayahnya Presiden RI, Joko Widodo.
Tetaplah menjadi orang baik dengan caramu sendiri, mas Gibran. Sekalipun kamu sudah diceritakan buruk oleh orang lain. Itu lebih perlu dan yang utama. Tidak selalu karena kata-kata yang indah dan benar itu juga, lantas menggambarkan diri seseorang – seluruhnya. Apalagi hanya karena salah ucap sesuatu, lalu dipakai menilai keseluruhan seseorang, tentu ini terlalu menjustifikasi. (*)